Senin, 29 Agustus 2011

Penjaga Yang Tak Terlihat

Dahulu sekali, ada sebuah suku di pedalaman Kalimantan yang memiliki ritual adat kebiasaan yang cukup unik untuk anak lelaki di suku tersebut.
Seorang anak lelaki, pada umur tertentu akan dibawa oleh ayah nya ke tengah hutan, diikat ke sebuah pohon besar dan akan ditinggalkan selama satu malam.
Suatu ketika, seorang anak yang bernama Boni akan menjalani ritual tersebut.
Sang ayah mengajak Boni ke tengah hutan, setelah menemukan pohon yang cukup besar di tengah hutan, sang ayah pun mengikat Boni di pohon tersebut, lalu berjalan kembali ke arah perkampungan meninggalkan Boni.

Boni yang terikat sendirian pada sebuah pohon di tengah hutan tidak merasa khawatir karena hari masih terang. Namun ketika hari mulai gelap, Boni mulai ketakutan. Suasana mulai gelap dan mulai terdengar suara-suara yang aneh. Boni yang ketakutan pun mulai memanggil ayahnya. “Ayah, lepaskan aku..” berulang-ulang dengan suara yang kuat. Namun bukan Ayah nya yang datang, tapi suara binatang yang semakin banyak terdengar. Boni terus memanggil-manggil ayah nya sampai ia kelelahan dan habis suaranya. Namun sang ayah tak kunjung muncul untuk meleaskan ikatan nya. Sepanjang malam Boni terjaga dan terus ketakutan.
Ketika fajar mulai menyingsing dan hutan mulai terang, Boni melihat ada sesosok lelaki berada 1 meter di samping nya. Berdiri dengan siaga, sebuah parang di tangan kanan nya dan sebuah tombak di tangan kirinya. Orang itu ternyata adalah ayahnya. Yang sepanjang malam tetap siaga untuk menjaga Boni agar selamat bilamana ada serangan dari binatang buas.
Sang ayah kemudian melepaskan Boni dan mereka meninggalkan hutan dan pulang ke perkampungan.

Sering kali tanpa sadar, ritual ini terjadi dalam kehidupan kita. Tuhan yang kita pikir telah meninggalkan kita terjerat dalam beban kita, di tengah pergumulan masalah kita, ternyata tak pernah sedetik pun melepaskan kita dari perlindunganNya, dari anugerahNya selalu berkelimpahan setiap hari.

Mari kita hilangkan rasa takut dan kekhawatiran kita dengan keyakinan bahwa Tuhan selalu berada disamping kiti untuk selalu menjaga kita.

Tuhan memberikan cobaan dan masalah bukan untuk membuat kita hancur, tapi agar kita semakin kuat.

Never Fear, For God Is Always Near.

Minggu, 28 Agustus 2011

Fenomena Globalisasi


Arus globalisasi semakin tak terbendung. Seiring dengan terjadinya globalisasi, kemajuan teknologi informasi akhirnya menciptakan fenomena-fenomena baru. Terkadang fenomena ini terlepas dari pengamatan kita. Menurut Prof. Dr. Robert Sibarani, MS ada 5 fenomena yang terjadi dalam globalisasi :

1. Kesatuan Ruang dan Waktu
Di dunia teknologi informasi seperti sekarang ini, jarak seakan tidak ada lagi. Melakukan komunikasi dengan orang lain yang berjarak ratusan, bahkan ribuan kilometer dapat ditempuh hanya dalam hitungan detik. Yang dulunya dianggap jauh dan memakan waktu yang panjang, kini dapat dilakukan tanpa berpindah tempat dan dalam waktu yang singkat.

2. Kesatuan Pasar dan Perdagangan
Jual beli bahan baku dan produk atau jasa lintas negara dan benua menjadi hal yang biasa. Organisasi bisnis yang dibentuk juga memiliki skala yang lebih besar, multinasional, trans-nation, bahkan global.

3. Kesatuan Komunikasi
Teknologi informasi kini memungkinkan manusia dari negara, bahkan benua yang berbeda memperoleh informasi yang sama tanpa batas.

4. Kesatuan Budaya
Semakin lama, manusia sudah tidak dapat lagi membedakan budaya antar daerah, wilayah atau negara. Budaya seakan sudah bercampur baur menjadi satu.

5. Kesatuan Masalah
Ketiadaan batas juga menyebabkan adanya kesatuan masalah secara global. Krisis ekonomi yang saling mempengaruhi, masalah lingkungan hidup, kesehatan, bencana alam menjadi masalah bersama bagi beberapa negara.

Semua fenomena di atas mengingatkan kita bahwa perubahan globalisme ini akan membawa dunia menjadi satu.
Apakah kita siap untuk bersaing di era globalisasi?

Trisakti Soekarno untuk membangun Negara

Dulu, Presiden Soekarno pernah berkata, untuk membangun sebuah negara ada 3 (tiga) pilar yang harus dibangun :

1. Kepribadian dalam kebudayaan.
Setiap warga negara harus memiliki kepribadian yang memahami, menggunakan dan mengembangkan kebudayaan lokal yang ada di masyarakat.
Cth : Menghargai kebudayaan lokal, menggunakan bahan baku dan produk lokal.

2. Berdikari dalam Ekonomi
Adanya konsumsi bahan baku dan produk lokal secara domestik, akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta industri dalam negeri. Dimana kemapanan industri dalam negeri dan kesejahteraan masyarakat menjadi syarat untuk kemapanan ekonomi secara nasional.
Cth : Produk lokal menjadi pemimpin pasar di negeri sendiri.

3. Politik yang Berdaulat
Ekonomi yang sudah berdikari menyebabkan ketergantungan suatu negara terhadap negara lain menjadi sangat kecil, sehingga kepentingan-kepentingan para elit politik hanya bersifat lokal dan menuju satu arah demi kedaulatan dan pembangunan negara.
Cth : Tidak adanya campur tangan asing dalam pengambilan keputusan oleh pemerintah.

Disadur dari Seminar "Pembinaan Pemuda" di Medan.

Jumat, 26 Agustus 2011

Ayahanda BPK

Beberapa hari lalu, di facebook ada user baru dengan nama "BPK Ayahanda"..
BPK Ayahanda yang terletak di Jl. Ayahanda, sebelah kiri kalau kita menuju ke dalam, kira-kira 300 m melewati SMK Farmasi..

Tempatnya masih kecil, hanya 1 ruko, sekitar 4 x 8 m, 4 meja duduk, dan ada 2 tempat makan lesehan..



Nasi cukup enak, dimasak dengan kadar air yang baik..
Daging nya cukup enak, dengan kematangan yang baik (Tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek)..
Sop nya terlalu banyak merica sehingga terlalu panas untuk ukuran kami..
Darah nya punya rasa yang unik dan sangat mendukung rdaging dengan rasa dan kematangan yang pas pula..
Daun ubi sepertinya tidak terlalu matang sehingga rasa nya agak pahit dan keras..







Harga BPK Sedang Rp. 13.000,- dan Porsi Besar Rp. 17.000,-..
Gambar diatas adalah BPK Porsi sedang..

Sekian dulu soal BPK Ayahanda..

Sampai jumpa di BPK berikutnya..

:beer:










Testing my Blog

Today I am testing my blog..